Asal Mula Pulau Mas (Pulomas) (Jawa Barat)

Dahulu kala, ketika Indramayu masih berupa hutan lebat dan dihuni oleh binatang-binatang buas juga para mahluk halus, datanglah ke lembah sungai Cimanuk, seorang kesatria dari Desa Banyu Urip (Purworejo-Jawa Tengah sekarang).

Ia bernama Raden Wiralodra.

Tugasnya adalah membuka hutan untuk dijadikan pemukiman penduduk atau pedukuhan.

Dalam menjalankan tugasnya, Raden Wiralodra ditemani oleh seorang pembantu setia dan sakti mandraguna, bernama Ki Tinggil.

Selama tiga tahun lebih, keduanya berjalan hendak menuju ke lembah Sungai Cimanuk.

Karena tidak tahu jalan, keduanya justru tersesat di sebuah hutan di lembah Sungai Citarum.

Disini keduanya bertemu dengan seseorang yang mengasingkan diri dari keramaian dunia.

Ki Sidum namanya.

Karena tidak tahu jalan menuju ke lembah Sungai Cimanuk, Ki Sidum meminta keduanya untuk tinggal beristirahat satu malam.

Ki Sidum juga memberikan kepada Raden Wiralodra seekor Kijang Kencana yang akan menjadi penunjuk jalan.

Keesokan harinya, Raden Wiralodra beserta Ki Tinggil melanjutkan perjalanan dengan mengikuti Kijang Kencana.

Setelah melewati berbagai rintangan, akhirnya Raden Wiralodra sampai juga di lembah Sungai Cimanuk.

Setelah beristirahat sejenak, mereka berdua kemudian mulai bekerja membabat hutan untuk dijadikan pemukiman penduduk.

Rupanya, di hulu Sungai Cimanuk berdiri kerajaan gaib yang membawahi dua belas kerajaan gaib lainnya yang lebih kecil.

Penguasa kerajaan gaib tersebut bernama Budipaksa.

Sementara kerajaan gaib lainnya yang lebih kecil diantaranya Kerajaan Tanjungbong dengan rajanya yang bernama Kalacungkring dan Kerajaan Pulomas dengan rajanya bernama Raden Werdinata.

Pada bulan ketiga, para mahluk halus yang tinggal di daerah tersebut mulai melakukan gangguan.

Mereka marah karena tempat tinggal mereka dihancurkan oleh Raden Wiralodra.

Namun Raden Wiralodra dan Ki Tinggil mampu mengatasi gangguan para mahluk halus tersebut.

Karena tidak berhasil mengusir Raden Wiralodra, para mahluk halus tersebut melapor kepada raja mereka yaitu Budipaksa.

Mendengar laporan warganya, Maharaja Budipaksa didampingi Mahapatih Bujarawis, segera mendatangi Raden Wiralodra dan Ki Tinggil, untuk meminta mereka menghentikan pekerjaan mereka.

Namun Raden Wiralodra menolak yang mengakibatkan keduanya bertarung hebat dengan mengerahkan kesaktian masing-masing.

Setelah sekian lama bertarung, Maharaja Budipaksa dan Mahapatih Bujarawis akhirnya mengakui kesaktian Raden Wiralodra dan Ki Tinggil.

Raden Wiralodra mengurung Maharaja Budipaksa di dasar muara sungai Cimanuk sedangkan Mahapatih Bujarawis melarikan diri untuk meminta bantuan.

Bala bantuan pun datang.

Para raja mahluk halus datang menyerang Raden Wiralodra dan Ki Tinggil, namun semuanya berhasil dilumpuhkan kecuali Raden Werdinata, raja Kerajaan Jin Pulomas.

Rupanya kesaktian Raden Werdinata mampu mengimbangi kesaktian Raden Wiralodra.

Akibatnya mereka terus bertarung hingga dua belas bulan lamanya.

Untuk menghindari pertarungan yang berlarut-larut tanpa henti, Kalacungkring, raja Kerajaan Jin Tanjungbong, mengusulkan perdamaian.

Setelah berdebat selama beberapa saat, akhirnya keduanya menerima usulan Kalacungkring untuk berdamai.

Untuk menjalin persahabatan, Raden Werdinata menyerahkan anaknya, Putri Inten, menjadi istri Raden Wiralodra.

Sejak kesepakatan perdamaian tercapai, tugas membabat hutan untuk lahan pemukiman penduduk menjadi cepat terselesaikan.

Raden Wiralodra sendiri menjadi raja pertama di Kerajaan Lembah Sungai Cimanuk yang saat ini merupakan daerah Kabupaten Indramayu.

Sementara Raden Werdinata dan para pengikutnya memohon kepada Raden Wiralodra agar diberi kebebasan untuk hidup di sebuah pulau.

Mereka berjanji tidak akan mengganggu manusia lagi, terutama keturunan Raden Wiralodra.

Tentu saja permintaan ini dikabulkan oleh Raden Wiralodra.

Maka pergilah Raden Werdinata dengan para pengikutnya menuju ke sebuah pulau yang kini dikenal dengan nama Pulau Mas.

Ia menetap di pulau itu hingga kini.