Ayam Yang Cerdik (Yunani)

Cerita ini dimulai dari suatu peternakan Ayam pada Zaman yang telah lama berlalu. Dan tidak jauh dari tempat peternakan itu di sebuah tebing bukit hiduplah keluarga Rubah yang hanya terdiri dari seekor ibu Rubah dan anak Rubah. Keluarga itu hanya tinggal berdua saja.

Sang anak Rubah sudah lama sekali mengincar ayam-ayam yang berada dipeternakan itu, namun selalu gagal. Ini dikarenakan sang ayam-ayam disana selalu waspada dan cerdik-cerdik sekali.
Tidak pernah lupa akan rumahnya, yang selalu dikunci dengan rapat dengan kunci gembok yang besar dan sangat kuat.

Sang anak Rubah sangat tidak mungkin untuk bisa masuk kedalam kerumah ayam tersebut.

Dan apabila berpergian semua ayam-ayam itu selalu mempersenjatai dirinya dengan membawa senjata andalannya yaitu sebuah gunting tajam dikakinya. Sang Rubah inipun pernah terluka oleh senjata sang ayam-ayam itu.

Sang anak Rubah ini pun hanya bisa berkhayal kapan aku bisa makan besar yang sangat enak dan lezat dengan daging-daging ayam yang wangi dan empuk.

Namun semua mahluk dialam semesta ini pasti akan mengalami yang namanya lupa, itulah yang dialami sang ayam bersama keluarganya kala itu.

Meraka lupa mengunci pintu rumahnya, kesempatan inipun tidak disia-siakan oleh sang anak Rubah. Langsung saja sang anak Rubah menyelinap masuk kedalam kandang atau rumah ayam tersebut menunggu para ayam pulang.

Hari pun telah berganti sore saatnya para ayam pulang kandang kembali kerumahnya. Sang anak Rubah yang sudah ada didalam rumah ayam tersebut segera menangkap seekor ayam, kemudian dia masukkan ayam tersebut kedalam karung yang sudah dia siapkan sebelumnya.

“Lama-lama akhirnya aku bisa menangkapmu juga, aku akan pulang dan makan besar bersama sang ibu tercinta dirumah.” Angan-angannya telah melambung membayangkan pesta besar. Lalu karung diangkat dan dibawa diatas pundaknya menuju perjalanan pulang kerumahnya yang jarak tidak terlalu jauh.

Namun karena membawa beban dipundaknya perjalanan pun jadi sedikit lama, kesempatan ini dipergunakan sang ayam yang cerdik. Maka tidak menunggu lama dikeluarkanlah gunting yang selalu ada dikakinya untuk merobek-robek karung yang membungkusnya. Dan dikala sang anak Rubah beristirahat dan menyimpan karung yang robek itu disampingnya secara diam-diam sang ayam merah betina ini keluar.

Kemudian sang ayam merah betina yang cerdik ini mencari batu-batu untuk dimasukkan kedalam karung yang robek ujungnya dan mengikat kembali robekkannya. Kemudian sang ayam cerdik itupun cepat-cepat menyelinap disemak belukar ditempat itu. Dan dilihatnya sang anak Rubah bangun dari istirahatnya dan dengan cepat karung itupun telah berada dipundaknya kembali.

“Anak Rubah yang malang, masih dapat juga aku kerjain!” sang ayam dari semak belukar berkata dalam hatinya dan dia pun berlalu pulang ke rumahnya.

Setelah cukup istirahatnya dan tenaga pulih kembali sang anak Rubah ini pun kembali membawa karung diatas pundaknya, dia pun ingin segera sampai dirumahnya.

Baru juga sampai dipintu sang anak Rubah ini sudah berteriak memanggil sang ibunya. “Ibu aku datang membawa makanan yang sangat lezat, tolong ibu siapkan air yang mendidih untuk memasak ayam ini!” berkata sang anak Rubah kepada sang Ibunda tercinta.

“Istirahat saja anakku kamu kelihatan sangat capai, dan aku akan memasak air sampai mendidih,” menjawab sang ibu Rubah itu.

Tidak lama kemudian air pun telah siap mendidih, “Bukalah tutup kuali itu, ibu. Sementara aku akan menuangkan ayam didalam karung ini, dan ibu harus cepat menutup kembali kuali ininya!” berkata memberi perintah kapada sang ibu Rubah biar ayamnya tidak lari.

Namun ketika ikatan karung dibuka dan isinya dituangkan, bebatuan itu beratuhan di air yang mendidih dan muncrat kesana-kemari. Sebagian besar air panas itupun mengenai tubuh sang ibu dan sang anak Rubah, mereka berdua berteriak-teriak dan berlari-larian menahan panas air mendidih ditubuhnya.

Dan disaat yang sama keluarga ayam merah betina yang akan dijadikan santapan lezat keluarga Rubah sedang bersenda gurau bersama keluarganya, untuk kesekian kalinya mereka selamat dari bahaya sang anak Rubah.

Berkat kecerdikkan dan kepandaian, semua bahaya akan dapat dihindari. Pakailah akalmu saat didepanmu ada masalah. Jangan pernah takut menghadapi permasalahan hidup ini semua pasti diberikan sang Pencipta dengan jalan keluarnya yang terbaik.