Tersebutlah keluarga besar kelinci yang hidup damai bersama anak-anaknya yang banyak sekali. Keluarga besar ini dipimpin seorang bapak kelinci yang bijak. Hidup bahagia dikelilingi sanak famili, teman, dan saudara semua yang baik hati terhadapnya.

Semua teman binatang sangat senang berteman dengan bapak kelinci yang tidak sombong ini, sehingga hidupnya selalu bangga disamping semua tetangganya semua baik terhadap dia dan keluarga besarnya.

Suatu pagi disaat sang surya baru menampakkan sinarnya, bapak kelinci ini berjalan dipinggir hutan dia hendak bertemu dengan anak-anaknya yang jumlahnya banyak. Namun siapa sangka bahaya lagi mengitainya. Ketika sedang aysik berjalan itu, sebuah ranting pohon kayu yang sudah kering jatuh. Dan yang menjadi masalah adalah ranting pohon yang cukup besar itu jatuhnya pas menimpah kaki belakangnya sang bapak kelinci.

Kalau mengenai cedera memang tidak terlalu parah namun yang menjadi beban pikiran sang bapak kelinci ini adalah besok pada hari para penduduk akan pesta berburu dihutan ini. Dia harus siap membantu anak-anaknya berlari dari kejaran anjing pemburu dan dia sendiri harus sigap dan waspada.

“Demikian pula mengapa aku harus berlari pontang-panting saat bertemu sang anjing pemburu? Benar-benar aku seperti binatang yang tidak berdaya sekali, aku akan mencari jalan keluarnya.”

Kemudian dengan terpincang-pincang bapak kelinci berjalan menuju tempat sahabatnya sang bapak kuda yang biasanya ada di padang rumput hutan itu. Sampailah bapak kelinci ini ditempat padang rumput yang luas, dan disana terlihat bapak kuda yang sedang asyiknya makan rumput hijau kesukaannya.

“Bapak kuda kawanku yang baik, selamat pagi!” bapak kelinci memberi selamat.

“Bisakah aku sebagai temanmu meminta pertolongan, sebab tadi pagi disaat aku lagi jalan, kakiku tertimpah ranting pohon yang cukup besar dan membuat kaki belakangku terluka dan besok adalah hari berburu orang kampung, dengan kakiku seperti ini bagaimana mungkin aku bisa berlari.”

“Untuk itu besok aku akan naik dipunggungmu?, Apakah kamu tidak keberatan dengan permintaan tolongku ini?”

“Tentu saja aku bersedia, mana mungkin aku menolak permintaanmu, namun aku besok harus kerja seharian dengan majikkanku”

“Namun aku yakin orang baik sepertimu akan banyak memberikan pertolongan” sahut sang bapak kuda.

Setelah mendengar penjelasan sang bapak kuda, bapak kelinci itupun berterima kasih dan langsung pergi dari tempat itu.

Dengan luka di kaki yang semakin sakit, bapak kelinci itu berjalan dan tak lama kemudian diapun berjumpa bapak kerbau.

“Bapak kerbau yang perkasa dengan tanduknya yang begitu tajam menambah gagah saja penampilanmu, dengan sekali tabrak semua anjing pemburu akan lari tunggang langgang ketakutan” kata sang bapak kelinci kepada bapak kerbau.

“Dengan mudah itu dapat aku lakukan, akupun tahu besok akan ada anjing-anjig pemburu berburu dihutan ini!” sang bapak kerbau berseru.

“Untuk itu bapak kerbau yang baik hati aku mau minta tolong, sudi kiranya bapak menolongku?”

“Dengan senang hati aku akan menolongmu seandainya besok aku tidak ada keperluan keluarga, aku sudah janji besok akan berkunjung kerumah keluarga temanku.”

“Ya sudah tidak apa-apa bapak kerbau, terima kasih. Permisi!” Bapak kelinci pergi dari tempat bapak kerbau dengan hati sedikit kecewa.

Tak lama kemudian dalam perjalanan mencari pertolongan itu bapak kelinci inipun bertemu dengan bapak kambing. Bapak kambing inipun mengemukakan alasannya mengapa sampai tidak bisa menolongnya, dikatakan bahwa perutnya sedang sakit karena mungkin dia salah makan. Dengan demikian sudah beberapa hari ini dia hanya diam saja dirumahnya tidak pergi kemana-mana.

Tetapi dia tidak putus asa, satu persatu kawan-kawannya dikunjunginya. Dia berkunjung kerumah bapak keledai, kawan lama yang lain bapak sapi. Dan yang terakhir adalah kawan yang pernah dia tolongnya dulu yaitu bapak beruang. Namun mereka semua dengan alasannya sangat sibuk dan tidak sempat menolongnya.

Dan akhirnya sore pun telah datang menjelang, sang bapak kelinci itupun memutuskan untuk pulang saja kerumahnya. Dengan badan yang sangat kecapaian serta kaki yang semakin sakit, sampailah dia dirumahnya. Perjalanan hari ini penuh dengan pengalaman yang begitu menyakitan dan diapun menyampaikan pengalaman yang dialaminya kepada anak-anaknya untuk dapat dijadikan pelajaran hidup. Bahwa dalam hidup ini mereka harus benar-benar bisa memilih teman yang setia.

“Gampang saja kalau kalian ingin tahu teman macam apa yang akan menjadi teman yang benar-benar teman.” Berkata bapak kelinci kepada anak-anaknya.

“Mintalah pertolongan darinya. Serta jawaban apa yang akan kalian dengar darinya!” itulah kata-kata dari bapak kelinci dengan bijak kepada semua anak-anak.

Inilah pembelajaran kehidupan yang akan kalian hadapi selama perjalanan hidup di dunia ini. Apapun alasannya seorang kawan sejati pasti akan menolong teman yang dalam masalah atau kesulitan.