Empat Murid Bapak Gampar (Malaysia)

Tersebutlah kisah di pedesaan daerah negeri Malaysia, terdapat sebuah sekolah yang mana terdapat seorang guru yang bernama Bapak Gampar atau orang memanggil beliau dengan sebutan kehormatan, “Guru Gampar”. Dan dari seluruh anak didiknya di sekolah itu terdapat empat murid beliau yang kurang pintar atau bodoh. Beliau selalu mengingatkan seluruh anak didiknya untuk tidak berbuat apapun sebelum ada perintah darinya. Demikianlah perintah nasehat yang di sampaikan beliau, supaya di turuti atau di perhatikan oleh semua murid-muridnya.

Bapak Guru Gampar ini sangat menyayangi ke empat muridnya yang bodoh ini. Maka kalau beliau berpergian kemanapun ke empat murid tersebut selalu di bawa serta. Seperti pada saat itu Bapak Guru Gampar ada keperluan pergi ke kota untuk membeli sesuatu yang berhubungan dengan keperluan sekolahnya. Berangkatlah Bapak Guru Gampar ini di temani empat muridnya itu, menaiki gerobak pedati yang di tarik seekor sapi, karena jauhnya perjalanan menuju kota sampai Bapak Guru Ganpar Pun tertidur pulas di atas gerobak pedati tersebut.

Jalan menuju kota waktu itu merupakan jalanan tanah berbatu-batu yang kadang kala kalau musim hujan susah di lewati. Gerobak pedati yang ditarik seekor sapi maupun kuda merupakan kendaraan tumpangan jaman dahulu kala itu. Gerobak yang di tumpangi Bapak Guru Gampar ketika melewati jalan berkelok-kelok, miring kiri dan kanan sampai sorbannya terjatuh. Tetapi ke tiga muridnya itu tidak melakukan tindakan apa-apa, karena takut salah sebelum ada perintah dari Bapak Guru Gampar.

Tak selang beberapa lama Bapak Guru Gampar pun mendusin dari tidurnya, ke empat muridnya itu menceritakan kejadian tersebut ke sang Guru Gampar. Bahwa sorban yang ia kenakan ketika tertidur pulas terjatuh di jalanan tadi, tetapi mereka tidak memungutnya karena takut salah. Sang Guru hanya mengerutu dan menasihati kembali ke tiga muridnya itu.

“Nanti kalau kalian menjumpai barang apa pun terjatuh, pungutlah!” Bapak Guru Gampar memberikan wejangan kepada ke empat anak didiknya yang kurang pintar tersebut.

Selang sesaat setelah memberi nasehat ke pada ke empat muridnya itu, sapi yang menarik gerobak yang di tumpangi buang kotoran atau berak, mengeluarkan kotoran. Serentak ke empat murid sang Guru Gampar meloncat ke jalanan mengambil tahi-tahi sapi itu.

Mereka melakukan perintah yang sesuai dengan kemauan sang guru, biar Bapak Guru Gampar senang kepada kita semua, pikir ke empat murid Bapak Guru Gampar tersebut.

Di ambilnya secarik kertas tulisan kebutuhan yang akan di belinya nanti di kota. Dan memberikan kertas tulisan kebutuhan tersebut kepada murid-muridnya.

“Kalian Bacalah semua yang tertulis di situ, dan beli, ambil barangnya terus masukan ke gerobak susun dengan rapih,” berkata Bapak Guru Gampar. “Awas jangan ambil barang yang tidak tertulis di situ.” Sekali lagi Bapak Guru Gampar ini memberi perintah kepada ke empat muridnya tersebut.

Lagi asyik-asyiknya menikmati perjalanan, gerobak pedati hilang kendali dan masuk terpelosok ke sebuah kali kecil pinggir jalanan yang di laluinya itu. Bapak Guru Gampar pun terlempar masuk kali kecil tersebut, terperosok kedua kakinya, serta merta Guru Gampar berteriak meminta pertolongan kepada ke empat muridnya itu.

Namun mereka bukannya menolong malah mengeluarkan secarik kertas yang di berikan Guru Gampar tadi dan sibuk membacanya.

“Maap Bapak Guru, Kita tidak bisa menolong Bapak. Sebab tidak terdapat nama Bapak Guru dalam tulisan di kertas ini,” Berkata murid-muridnya itu, sambil memperlihatkan kertas tulisan tersebut.

Bapak Guru Gampar meminta bantuan kepada semua murid-murid itu tapi tak di acuhkan sama sekali oleh mereka semua.

“Saya rasa Bapak hanya pura-pura saja meminta bantuan kami,” biar Bapak tahu, “kami tidak sebodoh yang Bapak kira.”

“Kami telah meneliti tulisan di kertas ini, dari atas ke bawah tetap tak ada nama Bapak Guru Gampar tercantum disini”

Jadi kami semua tidak akan tertipu oleh kelakuan Bapak Guru yang menguji kami semua.

Akhirnya Bapak Guru Gampar menyerah dengan kebodohan yang dilakukan ke empat murid itu, dia mencari akal biar mendapat bantuan dari murid-muridnya itu.

“Baiklah kalau begitu aku ingin melihat daftar tulisan itu, lemparkan kesini sekalian penanya.”

Ditulislah namanya dalam kertas tersebut dan menyerahkan kembali kepada para muridnya itu.

Serentaklah ke empat murid bodoh namun patuh atau mungkin sangat patuh itu, membantu Guru mereka yang terjebak masuk kali di pinggir jalanan tersebut. Bapak Guru Gampar pun dapat di selamatkan oleh ke empat murid-muridnya itu.