Pangeran Kodok dan Putri Bungsu yang Cantik (Brothers Grimm)
Pada suatu masa, hiduplah seorang raja dan putri-putrinya yang cantik jelita. Putri termuda paling cantik di antara putri-putri lainnya.
Di dekat istana, terdapat hutan yang rimbun dengan pepohonan. Salah satu pohon di hutan itu memiliki daun berbentuk hati. Di bawah pohon tersebut, terdapat sumur yang jarang diketahui orang.
Saat cuaca panas, hutan tersebut sering di datangi putri termuda. Dia sangat senang bermain di sana dengan bola emasnya. Biasanya, dia akan melempar-lemparkan bola ke atas, lalu ditangkapnya kembali.
Suatu ketika, karena Putri kurang hati-hati, bola emas itu tergelincir tepat di tanah dekat sumur. Perlahan, bola emas itu bergulir dan jatuh tepat ke dalam sumur.
Mengetahui hal itu, Putri sangat bersedih dan menangis. Namun, tiba-tiba sang putri mendengar suara aneh.
“Putri yang cantik jelita, mengapa kamu menangis?” tanya suara tersebut.
“Aku menangis karena bola emasku terjatuh ke dalam sumur saat aku memainkannya tadi,” jawab Putri sambil menangis tersedu-sedu.
Putri pun kebingungan. Siapa yang berbicara dengannya, padahal tak ada seorang pun di sana selain dirinya.
Putri terus melihat ke sekelilingnya. Namun. hanya ada seekor kodok di sana.
“Apakah kamu yang baru saja berbicara denganku?” tanya Putri dengan heran.
“Tenang saja, Putri. Aku akan mengambilkan bola emas itu untukmu. Tetapi, jika aku berhasil, apa yang akan kamu berikan padaku?” ucap si kodok.
“Aku akan berikan apa pun yang kamu inginkan. Mutiara, perhiasan, atau bahkan emas yang kupakai ini, dengan senang hati akan kuberikan padamu,” jawab Putri.
“Baiklah. Aku juga ingin kamu dengan senang hati menyukaiku sebagai teman bermain, dan memperbolehkanku untuk makan bersama denganmu. Tentunya dengan piring emasmu. Aku ingin minum dari satu gelas untuk kita berdua. Aku pun ingin bisa tidur di ranjang indahmu. Jika kamu berjanji akan mengabulkan semua keinginanku ini, aku akan mengambilkan bola emas itu untukmu,” kata si kodok.
“Baiklah. Aku berjanji akan melakukan semua hal yang kamu inginkan itu,” ujar Putri tanpa pikir panjang.
Setelah mendengar janji Putri, si kodok segera mengambilkan bola emas yang terjatuh. Beberapa saat kemudian, si kodok keluar dari sumur sambil membawa bola emas kesayangan Putri.
Betapa gembiranya Putri. Tapi, Putri tampaknya lupa dengan janjinya kepada si kodok. Tanpa menghiraukan si kodok, ia meninggalkan sumur begitu saja.
Keesokan harinya, saat Putri sedang makan bersama dengan Raja. terdengar suara yang memanggil-manggil dari luar.
“Putri termuda, bukakan pintu untukku,” ucap suara tersebut.
Putri pun bergegas membuka pintu. Saat dia melihat seekor kodok di hadapannya, dia langsung menutup pintu. Dengan perasaan gelisah, Putri kembali duduk di kursinya.
“Ada apa denganmu, anakku?” tanya Raja yang melihat kecemasan di wajah Putri.
“Tidak, aku tidak apa-apa. Tadi ada kodok yang berusaha masuk,” jawab Putri dengan gugup.
“Lalu, apa yang kodok itu inginkan?” tanya Raja kembali.
“Oh, Ayahanda… Saat aku bermain dengan bola emasku, tiba-tiba bola itu tergelincir dari tanganku dan jatuh ke dalam sumur. Saat aku menangis, si kodok datang dan berusaha menolongku. Tapi, dia mengajukan berbagai persyaratan. Kupikir dia tak akan datang kemari, karena tak mungkin kodok meninggalkan air,” jawab Putri dengan tertunduk sedih.
Untuk kedua kalinya, si kodok mengetuk pintu. “Putri Raja yang termuda, biarkan aku masuk! Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku?” teriaknya.
“Biarkan dia masuk. Kamu harus penuhi janjimu,” ujar Raja kepada putrinya.
Dengan terpaksa, Putri membuka pintu. Ia membiarkan si kodok masuk. Kodok lalu melompat dan mengikuti Putri. Tibalah mereka di meja makan.
“Putri, bisakah kamu mengangkatku agar aku duduk bersamamu? Dan tolong piringmu dekatkan lagi denganku,” pinta si kodok. Dengan wajah murung, Putri menuruti permintaan si kodok.
“Terima kasih, Putri. Aku sangat senang. Tetapi, aku lelah. Tolong bawa aku ke kamarmu. Aku ingin beristirahat di ranjang indahmu,” kata si kodok.
Awalnya Putri merasa enggan. Dia hanya terdiam di kursinya. Namun, ayahnya terus mendesaknya untuk membawa si kodok ke kamar Putri. Dengan mata berkaca-kaca, Putri akhirnya membawa kodok itu.
Ditaruhlah kodok itu di sudut kamar Putri. Karena Putri juga merasa lelah, ia pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
“Putri, aku pun ingin tidur sepertimu. Angkatlah aku. Jika tidak. aku akan memberitahukan hal ini kepada ayahandamu,” celetuk si kodok.
“Diam kamu, kodok cerewet!” teriak Putri.
Dengan marah. Putri melemparkan kodok itu ke tembok hingga terjatuh ke lantai. Tiba-tiba… Olala, ternyata kodok tersebut berubah menjadi pangeran yang amat tampan. Putri pun sangat kaget dibuatnya.
Pangeran pun menceritakan semuanya. Rupanya, ia telah disihir oleh seorang penyihir menjadi seekor kodok. Putri yang melihat Pangeran, seketika jatuh hati kepada Pangeran.
Raja pun menikahkan putri termudanya itu dengan Pangeran. Sebuah kereta kencana sudah datang di istana, siap membawa Putri dan Pangeran ke kerajaan Pangeran. Tampak delapan ekor kuda menarik kereta tersebut, dan ada pula pelayan Pangeran yang bernama Henry.
Di tengah perjalanan, Pangeran mendengar ada sesuatu yang patah pada keretanya.
“Henry, coba kamu lihat. Mungkin ada roda kereta yang patah,” perintah Pangeran.
“Bukan, Pangeran. Itu hanya sebuah ikatan rantai. Akhirnya, aku bisa terbebas dari ikatan itu yang sekian lama telah mengikat hatiku yang patah.” ujar Henry.
Ternyata selama Pangeran dikutuk, Henry telah mengikat hatinya dengan rantai. Ia melakukan hal itu agar ikut merasakan penderitaan Pangeran. Kini, kutukan itu telah hilang, sehingga rantai tersebut pun patah. Sungguh. Henry merasa amat bahagia.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Pangeran Kodok adalah apa pun alasannya, janji harus ditepati, ya.