Putri Tikus (Turki)

Tersebutlah sebuah cerita keluarga kerajaan dengan tiga orang putra pangerannya yang tampan-tampan. Hari terus berlalu tanpa terasa ketiga pangeran itu pun sudah tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang gagah perkasa. Raja beserta permaisuri pun mengharapkan ketiga pangerannya meminang seorang putri dan menjadikannya istri.

Selanjutnya raja memanggil ketika putranya dan memberi nasehat-nasehat agar ketiga pangeran tersebut mencari pengalaman. Hidup di luar kerajaan atau berkelana menambah ilmu penggetahuan untuk bekal hidupnya kelak masing-masing. Selain dari itu maksud sang raja menyuruh ketiga anaknya pergi adalah untuk mencari jodoh dan belajar hidup mandiri.

Suatu hari datanglah pangeran sulung menghadap ayahanda atau sang raja memohon diri untuk pergi berkelana mencari pengalaman hidup. Setelah pamit dan mendapatkan doa restu ayahanda tercinta, berangkatlah pangeran sulung memulai perjalanannya.

Namun di tengah perjalanan pangeran sulung di kejutkan oleh seekor tikus yang berlari-lari serampangan seperti ketakutran dikejar sesuatu. Dan tikus itu datang menghalangi langkah kaki kuda sang pangeran sulung, dengan hati-hati pula sang pangeran mengatur langkah kaki kudanya supaya tidak menginjak tikus tersebut. Tetapi tikus itu tidak mau beranjak dari kaki-kaki kuda sang pangeran sulung. Dan berserulah sang pangeran dengan lantang.

“Sang tikus menyingkiran dari depan kaki kudaku!” pinta sang pangeran.

“Jangan sampai kamu terinjak oleh kaki-kaki kudaku!” untuk yang kedua kalinya sang pangeran berseru.

Tetapi tikus itu masih tetap diam tidak jauh dari kaki kuda sang pangeran tersebut. Malahan tikus itu menjawab seruan sang pangeran, “Bawalah daku ke kerajaanmu sang pangeran, jadikanlah daku sebagai kekasihmu.” itulah kata-kata yang keluar dari sang tikus itu.

“Apa yang kamu ucapkan tadi sang tikus? Aku mengambilmu dan menjadikan kamu sebagai kekasihku? ini tidak masuk akal.!” Pangeran sulung pun terus beranjak pergi dari tempat.

Berselang beberapa waktu berlalu, setelah berkelana ke berbagai kerajaan-kerajaan tetangga akhirnya pangeran sulung bertemu jodohnya. Mempersunting putri cantik dari kerajaan yang sang pageran lewati. Rajapun segera mendengar kabar gembira tersebut. Giliran pangeran ke dua pergi berkelana ke manca kerajaan lain, untuk mencari jodoh dan pengalaman hidup. Di iringi doa raja dan permaisuri atau ayahnda dan ibunda tercinta berangkatlah sang pangeran kedua berkelana.

Sang pangeran ke dua pun mengalami kejadian yang pernah di alami kakanda tercinta sang pangeran sulung. Berjumpa dengan seekor tikus yang memaksanya untuk dijadikan kekasihnya. Namun seperti yang dilakukan pangeran sulung, dia dengam acuhnya pergi meninggalkan tikus tersebut dengan cepat. Bertemulah sang pageran ke dua dengan jodohnya dari kerajaan yang dia singgahi saat perjalanan berkelananya.

Tibalah giliran pangeran bungsu mohon izin kedua orang tuanya, untuk pergi berkelana mencari jodoh seorang putri yang cantik rupawan, sebagai menantu sang paduka raja dan permaisuri. Pangeran bungsu pun mengalami kejadian yang pernah dialami kedua kakanda tercintanya, menjumpai seekor tikus yang memohonnya menjadikan kekasihnya. Dan setelah mendengar semua penuturan dari sang tikus itu yang begitu sedih memintanya untuk menjadi kekasih pujaan. Pangeran sangat iba serta bersedia menjadi kekasih sang tikus tersebut.

Sang tikus itupun mengundang sang pangeran tampan ini untuk singgah di tempat tinggalnya, sang tikus berjalan duluan sebagai petunjuk jalan bagi sang pangeran. Sang pangeran bungsu berjalan di belakang sang tikus menuju kediaman sang tikus tersebut.

Sampailah sang tikus dan pangeran bungsu di sebuah tempat yang ada batu besarnya.

“Inilah tempat tinggalku selama ini. Silahkan pangeran menunggu disini,” saya mau mengambil sesuatu yang akan saya berikan kepadamu sang pangeran. Tikus itu pun masuk kedalam lubang di samping batu besar.

Lama juga sang pangeran menunggu keluarnya sang tikus, akhirnya dia pun turun mengitip lubang liang tikus tersebut. Terkejutlah dia karena dari lubang tersebut keluar sinar cahaya pancaran. Ternyata cahaya tersebut berasal dari sebuah cincin yang begitu indah. Sang tikus keluar dari lubang tersebut membawa cincin itu dan menyerahkannya kepada sang pangeran tampan tersebut. “Begitu indah, unik, dan bermatakan berlian yang berkilauan, baru kali ini aku melihat cincin yang seperti ini.” Pikir sang pangeran bungsu dalam hatinya.

Segeralah sang pangeran bungsu pulang ke negeri kerajaan istana tempat dia di besarkan salama ini. Diperlihatkanlah cincin pemberian sang tikus tersebut kepada ayahanda sebagai bukti bahwa dia telah mempunyai pujaan hati. Tetapi sang pangeran masih merahasiahkan putri yang menjadi sambatan hatinya itu.

Semua orang di istana pun sangat menganggumi kemewahan dan keindahan cincin yang dipakai sang pangeran bungsu tersebut.

Setelah mendengar kabar ke tiga putra kesayangan masing-masing telah mempunyai kekasih atau tunangan. Raja pun menyuruh ke tiga pangeran itu menemuinya.

Semua berkumpul menemui panggilan ayahanda tercinta. “Pangeran-pangeran anakku tercinta sekalian, aku ingin menguji calon mantu-mantuku membuatkan aku roti dan aku ingin memakannya.” Titah sang baginda raja kepada ke tiga putra pangerannya itu. Demikianlah maksud sang raja memanggil ke tiga putranya itu berkumpul.

Dalam masalah ini pangeran bungsulah yang dibuat kelabakan. Mampukah sang tikus kekasihnya itu membikinkan roti untuk ayahandanya. Tetapi dia pun pergi juga menemui sang tikus kekasihnya, dan berceritalah tentang apa permintaan sang raja. Tetapi diluar dugaan sang pangeran bungsu, sang tikus itu bernjanji sanggup membuatkan roti buat sang raja.

“Kalau hanya ingin dibuatkan roti saja, pangeran tidak usah takut, besok pagi akan saya sediakan roti tersebut, dan akan saya buatkan roti yang paling enak.” Jawab sang tikus tersebut.

Dalam perjalanan pulang ke istana hati sang pangeran bungsu, mengharapkan kesanggupan sang tikus untuk membuat roti itu, menjadi kenyataan. Besoknya pagi-pagi sekali sang pangeran bungsu telah ke tempat tinggal sang tikus tersebut. Benar adanya sang tikus itu telah ada di pintu lubang batu tempat tinggalnya menunggu kedatangan sang pangeran. Roti pesanannya pun telah tersedia dan terbungkus rapih seperti kado layaknya. Segeralah sang pangeran membawa roti buatan kekasihnya sang tikus, pulang balik lagi ke istana kerajaan.

Satu persatu roti tersebut di makan sang raja, pangeran pertama membawa roti dengan rasa yang enak tetapi raja sudah biasa memakan roti dengan rasa demikian. Pangeran kedua pun, roti yang dibawanya cukup enak tetapi tidak istimewa biasa-biasa saja, yang rajapun sering memakannya pula. Terakhir raja mencicipi roti buatan sang tikus kekasihnya sang pangeran bungsu, raja merasakan rasa yang begitu enak lain dari pada yang dirasakan dari ke dua abangnya. Roti yang paling istimewa rasanya adalah roti buatan sang tikus yang di bawa pangeran bungsu.

“Aku sudah memakan roti buatan calon-calon mantuku. Semuanya enak-enak tetapi yang paling enak dan istimewa adalah roti yang di bawa adikmu yang bungsu.” Makanannya sudah di buatkan, sekarang aku meminta minumannya,” raja bertutur kembali untuk permintaan selanjutnya.

Serentak ke tiga pangeran itu beranjak pergi untuk menemui kekasihnya masing-masing, untuk meminta dibuatkan minuman istimewa buat ayahanda tercinta sang raja. Pangeran bungsu pun di janjikan oleh sang kekasihnya besok harinya untuk datang lagi mengambil minuman yang akan dibuatkan sang tikus. Kedatangan sang pangeran bungsu itu telah di tunggu sang tikus di depan lubang batu tempat tinggalnya. Sebuah botol kendi emas bertatahkan batu permata telah siap di samping tikus kekasihnya itu. Sang pangeran membuka tutup botol kendi emas itu untuk memastikan minuman yang di pesan itu benar adanya. Terciumlah bau harum yang semerbak segarnya dari dalam botol kendi minuman tersebut.

Berkumpumlah kembali ketiga kakak beradik itu masing-masing membawakan sebotol minuman buatan tunangannya. Dan raja pun meminum satu persatu dari ke tiga botol kendi minuman itu. Begitu nikmat sekali minuman dari botol kendi emas bertahtahkan batu permata milik sang pangeran bungsu ini. Begitulah yang terjadi saat itu di istana kerajaan tersebut.

Dan raja meminta ke tiga calon mantu itu menghadap untuk mengenal dan melihat kecantikannya.” Bawalah calon mantu-mantuku ke istana ini, sekalian aku ingin berkenalan dengan mereka semua!” Seru sang raja kepada ke tiga anaknya itu.

Pangeran bungsu pun pergi dengan menaiki seorang kuda, namun dalam perjalanan kali ini dia diliputi ke bimbangan yang tiada tara, mana mungkin dia datang ke istana membawa seekor tikus.

Sesampainya di tempat sang tikus, pangeran bungsu berkata kepada tikus itu. ” Bagaimana mungkin aku membawamu ke istanaku sekarang ini.” Berkata sang pangeran bungsu kepada sang tikus itu.

“Tidak usah takut kekasihku. Semuanya sudah ada yang mengatur, tetapi pangeran harus bersedia menyiapkan kulit ekor ayam kampung, beberapa ekor kumbang kalau bisa jumlahnya enam saja serta lalat dua ekor.” Si tikus itu menjawab keresahan hati sang pangeran kekasihnya itu.

“Sang pangeran harus bisa mengikat ke enam ekor kumbang itu pada telur ayam kampung terzsebut, selanjutnya pasangkan ke dua ekor lalat, tersebut satu di depannya dan yang satunya lagi di belakangnya. Sementara aku sendiri akan berada paling belakang sekali.” Dan sesampainya di istana nanti pangeran harus bertindak sama seperti kakak-kakak pangeran terhadap kekasihnya masing-masing.” Demikian pula tutur kata atau perlakuannya terhadap kekasih-kekasihnya juga, pangeran harus menirukan semuanya.” Demikian sang tikus menuturkan apa yang harus di lakukan pangeran bungsu sesampainya di istana.

Pangeran pun menyanggupi permintaan dari sang tikus, walaupun dalam hatinya masih ada keraguan yang menganggu pikirannya.

Setelah semua permintaan sang tikus tersedia, berangkatlah mereka berdua menuju istana. Sang tikus duduk di atas kulit telur ayam. Kejadian selanjutnya pangeran bungsu melihat sang kakak yang lagi menciumi kekasihnya. Dan pangeran bungsu pun menuruti kelakuan kakak-kakaknya menciumi sang tikus kekasihnya itu.

Berubahlah semuanya pandangan terhadap sang tikus. Dia menjelma menjadi seorang putri nan cantik jelita. Serta kendaraan yang di naiki tadi menjadi kereta kuda yang cantik bersertakan pengawalan abdi yang setia. Semua yang berada di istana pun di buat kagum oleh kecantikan putri tikus ini. Setelah selesai berkenalan dengan sang raja mereka pun semua kembali mengantarkan pulang calon istri mereka.

Batu besar itu telah berubah menjadi istana yang megah, ternyata selama ini sang putri tikus telah terkena sebuah kutukan.

Sepasang kekasih ini akhirnya melangsungkan pernikahan, Sang putri Tikus dan Sang Pangeran Bungsu hidup bahagia, selalu.