Rumpelstiltskin (Brothers Grimm)

Alkisah, pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan kecil di tepi hutan yang rimbun. Di dalam hutan itu sangatlah gelap. Konon, ada monster yang hidup di dalamnya.

Meski demikian, para rakyat hidup dengan aman dan sentosa di bawah kepemimpinan seorang Raja yang masih muda. Sejak ayahnya meninggal, ialah yang menjadi raja meski usianya masih terbilang muda.

Di negeri itu, hiduplah seorang penggiling gandum bersama dengan anak perempuan yang cantik jelita bernama Viola. Sang istri telah lama pergi meninggalkan dunia. Jadi, mereka hanya tinggal berdua saja.

Penggiling daging itu sangat hobi berbicara. Tak jarang ia melebih-lebihkan ceritanya. Ia juga kerap berbohong kepada orang-orang. Oleh sebab itu, banyak orang yang tak memercayai perkataan pria tua itu.

Viola kerap memperingatkan ayahnya agar tak berbohong atau mengarang cerita. Namun, sang ayah tak pernah mendengarkan perkataan putrinya.

Suatu hari, ada seorang warga yang sudah tak sabar dengan sifat penggiling daging itu. Ia lalu memberitahu raja sikap buruk penggiling daging yang teramat meresahkan.

“Baginda Raja, hamba hendak melaporkan bahwa ada seorang penggiling gandum tua yang sangat banyak berbicara. Ia kerap mengarang cerita dan berbohong. Banyak warga yang resah pada sikapnya,” ucap salah satu warga itu.

Tentu saja Raja tak bisa membiarkan rakyatnya merasa cemas. Ia lalu meminta pengawal untuk membawa penggiling gandum itu ke istana.

Mengubah Jerami Menjadi Emas

Keesokan harinya, penggiling gandum itu pun datang ke istana. Ia langsung menghadap ke Raja dan berkata, “Baginda, terima kasih telah mengundangku kemari. Aku merasa sangat terhormat,” ucap pria tua itu.

“Aku dengar kau kerap menceritakan kebohongan pada para warga,” ucap Baginda Raja.

Belum selesai dia bicara, penggiling gandum tiba-tiba memotong pembicaran. “Mohon maaf lancang, Baginda. Tapi, biarkan hamba menceritakan fakta tentang hamba dahulu,” imbuhnya.

“Baiklah, cepat ceritakan,” perintah Raja.

“Hamba memang terlihat seperti penggiling gandum biasa. Namun, hamba mempunyai anak perempuan yang paling cantik di muka bumi ini. Ia juga bisa menenun jerami menjadi sebatang emas,” cerita penggiling gandum berlebihan.

“Wah, anak perempuanmu berbakat sekali. Jika memang anakmu sehebat itu, bawalah ia ke istana untuk membuktikannya,” tantang Raja.

Raut wajah penggiling gandum berubah pucat pasi. Ia khawatir jika sang anaknya terkena dampak dari kebodohonnya.

Sesampainya di rumah, penggiling gandum itu langsung memberi tahu Viola kebodohannya. “Viola, bagaimana ini, aku mengatakan pada Raja bahwa kamu bisa mengubah jerami menjadi emas,” ucap si penggiling.

“Ayah kenapa berkata kebohongan pada Raja? Lalu, bagaimana respon beliau?” ucap Viola.

“Raja ingin kamu datang ke istana untuk membuktikannya,” kata sang ayah.

“Mana mungkin aku bisa mengubah jerami menjadi emas, ayah. Aku sudah berulang kali berkata pada ayah jangan berbohong. Sekarang ayah terjebak dalam kebohonganmu sendiri,” ucap Viola sedih.

“Maafkan ayahmu, Nak,” ucap sang ayah yang menyesali perbuatannya.

Dikurung dalam Sebuah Ruangan

Keesokan harinya, datanglah Viola dan ayahnya ke istana untuk menghadapi apa pun resiko dari kebohongan penggiling gandum. Mereka menemui Raja dengan wajah penuh kekhawatiran.

“Oh, akhirnya kau datang juga tuan penggiling daging. Selamat datang juga untuk gadis cantik. Seperti kata ayahmu, kau memang sangatlah menawan. Namun, bisakah kau membuktikan perkataan ayahmu bahwa kau bisa mengubah jerami menjadi emas?” tanya Raja.

Viola hanya diam saja. Ia tak tahu harus berkata apa. Dalam hati, ia menangis dan merasa takut. “Apa yang harus aku lakukan?” ucapnya dalam hati.

Setelah mengobrol sejenak, Raja mengajak Viola ke sebuah ruangan yang sudah dipenuhi dengan jerami. “Pengawalku telah menyiapkan segudang jerami dan alat tenun. Malam ini, ubahlah jerami-jerami ini menjadi emas. Jika keesokan hari jerami ini tak berubah, aku akan menghukum ayahmu dengan hukuman berat karena telah berbicara dusta,” ucap Raja.

Viola lalu dikurung dalam ruangan itu sendirian. Pengawal menutup rapat-rapat pintunya. “Jaga terus ruangan ini. Jangan sampai ada orang yang keluar atau masuk,” perintah Raja.

Bertemu Pria Kecil

Ketika sendirian, Viola menangis tersedu-sedu. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana bisa aku menenun jerami ini menjadi emas? Bagaimana kalau besok ayahku mendapat hukuman mati?” tanyanya pada diri sendiri sambil menangis.

Lalu, tiba-tiba saja ada cahaya muncul di ruangan itu dan muncullah sosok pria yang kecil mengenakan topi. “Hai Gadis cantik, kenapa kau menangis? Apa yang membuatmu bersedih?” tanya pria itu.

“Ayahku menyebar kebohongan. Ia bilang aku bisa mengubah jerami menjadi emas dengan cara menenunnya. Karena itu, Raja ingin aku membuktikannya. Jika tidak, ayahku akan dihukum karena telah berbohong,” ucapnya sambil menangis.

“Hmm, aku bisa membantumu. Tapi, apa yang akan kau berikan padaku jika aku bisa membantumu?” tanya pria kecil itu.

“Apakah benar kau bisa membantuku? Aku akan memberimu apa pun yang aku punya asal kau mau membantuku,” jawab Viola.

“Tentu saja aku bisa membantumu. Kalau begitu, berikan kalung itu padaku, lalu aku akan mengubah jerami-jerami ini menjadi emas,” ucap pria kecil.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, Viola langsung mencopot kalungnya. Ia lalu memberikannya pada pria kecil.

Setelah menerima kalung dari Viola, pria itu langsung menenun jerami. Ajaibnya, jerami itu bisa berubah menjadi emas. Tak butuh waktu lama untuk mengubah seluruh jerami menjadi emas.

“Terimakasih telah membantuku pria kecil. Kalau boleh tahu, siapa namamu?” tanya Viola. Tanpa memberikan jawaban, pria itu tertawa dan tiba-tiba menghilang begitu saja.

Raja Belum Sepenuhnya Percaya

Setelah pagi datang, Raja pun membuka pintu gudang. Ia terkejut mendapati jerami-jerami telah berubah menjadi emas yang sangat banyak.

“Wah, ternyata benar ucapan ayahmu. Kau bisa mengubah jerami menjadi emas. Kalau begitu, pulanglah. Sore nanti, aku akan menemuimu,” ucap Raja.

Viola mengira Raja telah membebaskan dirinya dan sang ayah. Namun, anggapannya keliru. Saat sore tiba, Raja menemui Viola lagi.

“Aku masih belum sepenuhnya percaya dengan perkataan ayahmu. Kali ini, kau harus membuktikan kemampuanmu lagi dengan jerami yang makin banyak,” ucap Raja.

Rupanya, di ruangan tadi, telah disiapkan jerami yang lebih banyak dari sebelumnya. Raja meminta Viola untuk mengubahnya menjadi emas.

“Aku memberimu waktu semalaman. Besok pagi, seluruh jerami ini harus berubah menjadi emas. Jika tidak, kau akan kuhukum,” ucap Raja rakus itu.

Viola kembali menangis. Ia tak menyangka Raja bisa setega itu kepada dirinya. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tak bisa berbuat apa-apa,” ucapnya kebingungan sambil menangis.

Lalu, tiba-tiba, pria kecil itu datang lagi. “Hai, Nona manis. Kenapa kau masih menangis? Bukankah kemarin aku sudah menuruti perintahmu?” tanyanya.

“Sekarang Raja menambahkan jumlah jerami yang lebih banyak. Aku harus mengubahnya menjadi emas. Kau tahu sendiri, aku tak bisa melakukannya,” ucap Viola sambil menyeka air matanya.

“Kalau begitu, aku akan membantumu lagi. Tapi, berikan cincin yang ada di jarimu itu kepadaku,” pinta pria kecil.

“Tapi, cincin ini satu-satunya kenang-kenangan dari ibuku,” ucapnya.

“Oh, jadi kamu tak ingin selamat?” ucap pria itu. Tak ingin mendapatkan hukuman dari Raja, dengan sangat terpaksa ia memberikan cincin kenangan dari sang ibu kepada pria kecil.

Setelah menerima cincin, pria kecil itu langsung menenun jerami hingga berubah menjadi emas. Kali ini ia membutuhkan waktu yang lebih lama karena jeraminya begitu banyak.

Pria Kecil yang Selalu Meminta Imbalan

Untungnya, ia berhasil mengubah seluruh jerami sebelum pagi datang. “Terima kasih pria kecil karena kamu selalu membantuku. Aku mungkin telah mati bila tak ada dirimu. Kalau begitu, bolehkah aku tahu siapa namamu?” tanya Viola.

Namun, lagi-lagi pria kecil itu tidak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya tertawa lalu pergi menghilang begitu saja.

Viola pun merasa bingung, “Kenapa ia tak pernah menjawab bila aku tanyai nama. Siapa sebenarnya pria kecil itu?” Selain itu. Viola juga berharap ini adalah akhir dari segalanya. Ia tak ingin lagi terus-terusan berbohong.

Ketika pagi datang, Raja membuka pintu ruangan. Ia semakin terkejut dengan kilauan emas yang amat banyak.

“Oh Viola, sungguh berharganya dirimu. Aku bisa memberi kemakmuran pada rakyat dengan emas-emas yang kau buat ini. Sekarang, pulanglah ke rumahmu dan beristirahatlah,” ucap sang Raja.

Gadis cantik itu pulang dengan rasa tenang. Karena sang Raja tak mengatakan akan menemuinya sore nanti, ia kini bisa bernapas lega.

“Akhirnya semua ini telah berakhir. Tapi, aku masih penasaran dengan pria kecil yang selalu membantuku. Aku ingin sekali mengucapkan terima kasih padanya. Siapa dia sebenarnya?” ucapnya dalam hati sepanjang perjalanan ke rumah.

Siapa Gerangan Pria Kecil Itu?

Setibanya di rumah, sang ayah telah menanti Viola dengan rasa cemas. Ia lalu memeluk anak satu-satunya itu. “Anakku, untung saja kau pulang hari ini. Bagaimana kalau kita pergi saja dari negeri ini agar Raja tak mengganggumu lagi,” ucap sang ayah.

“Tak perlu, Yah. Tampaknya, Raja tak akan memintaku datang lagi. Sekarang, kita bisa beristirahat dengan tenang,” ucap Viola.

“Maafkan ayahmu ini, Nak. Ayah berjanji akan lebih berhati-hati dalam berucap,” kata sang ayah yang sangat menyesali perbuatannya.

“Oya, Yah. Apakah ayah tahu pria kecil yang bisa melakukan segala hal? Ia adalah yang membantuku mengubah jerami menjadi emas. Aku penasaran dengan pria kecil itu,” tanya Viola.

“Hmm, aku tak tahu siapa yang kamu maksud, Nak. Hanya saja, di dalam hutan lebat itu konon ada banyak monster. Aku tak tahu apakah pria kecil yang kamu maksud monster atau bukan,” jawab sang Ayah.

“Kalau ia monster, tak mungkin membantuku, Yah. Ia baik kepadaku,” ucap Viola yang masih penasaran dengan siapa pria kecil itu.

Selama berhari-hari, penggiling gandum dan Viola hidup seperti biasa. Tak ada lagi gangguan dari sang Raja. Sang penggiling pun tak lagi banyak bicara. Ia khawatir perkataannya mencelakai orang lain.

Rasa Tenang yang Hanya Sementara

Namun, ketenangan itu tak berlansung lama. Belum ada seminggu sejak bebas, Raja tiba-tiba datang ke rumah penggiling gandum.

“Baginda Raja, apa yang membawamu kemari? Rasanya, seluruh perkataan ayah hamba sudah hamba buktikan,” tanya Viola.

“Viola, maksud dan kedatanganku kemari bukan untuk membuktikan perkataan ayahmu. Bukan pula untuk menghukummu. Jadi, kau tak perlu takut,” tanya Raja.

“Lantas, apa yang membuat Tuan datang kemari?” tanya Viola.

“Aku ingin meminta pertolonganmu, Negeri ini sedang krisis. Kerajaan tak lagi punya persediaan makanan untuk membantu para warga. Untuk itu, aku ingin kau membuat emas dari jerami lagi. Sebagai imbalan, aku akan menikahimu dan menjadikanmu seorang ratu,” pinta Raja,

Viola hanya terdiam dan tak bisa menjawab apa-apa. Di satu sisi, ia ingin membantu menyelesaikan masa krisis. Di sisi lain, ia sadari dirinya tak punya kemampuan mengubah jerami.

Karena lama terdiam, Raja pun memberi waktu Viola selama satu malam untuk memikirkan jawabannya. “Nasib negeri ini ada pada tangan ajaibmu, Viola. Cobalah untuk memikirnya dulu baik-baik. Aku akan datang kemari lagi esok hari untuk menagih jawabanmu,” kata Raja yang lalu meninggalkan rumah penggiling gandum.

Setelah Raja pergi, Viola pergi ke sungai untuk memikirkan jawabannya. “Aku harus bagaimana? Jika aku berkata jujur kalau kemampuan itu bukanlah milikku, apakah Raja menghukumku?” batinnya dalam hati.

“Kalau aku menerima tawarannya, akankah pria kecil itu datang dan membantuku? Kalau ia tidak datang, apakah Raja akan membunuhku?” imbuhnya lagi.

Pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung terjawab. Viola mengalami kegalauan yang luar biasa. Ditambah lagi, ia tak bisa bertanya pada siapa pun.

Pria Kecil Meminta Anak Sebagai Imbalan

Di tengah lamunan dan kegalauan Viola, tiba-tiba saja pria kecil itu datang lagi. “Hai, Gadis cantik, kau selalu terlihat punya masalah. Kali ini, apa yang mengganggu pikiranmu?” tanyanya.

“Hmm, tadi Raja datang ke rumahku. Ia ingin aku membuat emas lagi dari jerami. Sebagai imbalan, ia akan menikahiku,” jawab Viola.

“Kalau begitu, terima saja tawarannya. Menikahlah dengan Raja dan kau akan menjadi Ratu. Kapan lagi anak tukang giling gandum bisa menjadi ratu? Bukankah itu kesempatan emas?” bujuk pria kecil itu.

“Tapi, kau tahu sendiri, selama ini aku tak bisa mengubah jerami menjadi emas. Semua adalah perbuatanmu,” ucap Viola.

“Tenang saja, besok aku akan membantumu,” ucap pria kecil itu. “Tapi seperti biasa, ada yang harus kau berikan kepadaku sebagai imbalannya,” imbuhnya.

“Aku sudah tak punya apa-apa lagi. Barang berharga milikku hanya tinggal cincin yang sudah kau ambil waktu itu,” ucap Viola.

“Hmmm, kalau begitu, saat kau menjadi Ratu, aku akan mengambil anak pertama. Tampaknya aku butuh teman kecil untuk hidup,” ujar pria kecil.

Viola terpaksa menyepakati perjanjian itu. Pasalnya, ia tak mendapatkan solusi lainnya. “Mungkin, ini adalah cara terbaik. Aku harus menyelamatkan negeri ini,” ucap Viola dalam hati.

Menikah dengan Raja

Keesokan harinya, Viola datang ke istana. Ia lalu berkata pada Raja bahwa dirinya siap membantu negeri ini. Tentu saja Raja menyambutnya dengan suka cita.

Viola kemudian memasuki ruangan penuh dengan jerami. Tak lama kemudian, muncullah pria kecil itu secara tiba-tiba.

“Sesuai janjiku, aku akan membantumu mengubah jerami ini menjadi emas. Tapi, kau kelak juga harus memenuhi janjimu. Berikan aku anak pertamamu jika kau sudah menjadi ratu,” ucap pria kecil itu.

Setelah itu, pria kecil itu mulai bekerja. Ia dengan mudah mengubah jerami menjadi sebuah emas. Ketika fajar hampir tiba, ia berhasil menyelesaikan seluruh tugasnya.

Seperti biasanya, Viola mengucapkan terima kasih pada pria itu dan menanyakan namanya. “Terimakasih telah membantuku. Kali ini, tolong jawab pertanyaanku, siapa namamu dan darimana asalmu?” tanyanya.

Namun, lagi-lagi pria kecil itu hanya tertawa dan menghilang begitu saja. Saat pagi datang, Raja pun membuka pintu ruangan. Ia sangat berterimakasih pada Viola karena telah mengubah jerami menjadi emas yang sangat banyak.

“Terimakasih Viola. Berkatmu, negeri ini akan aman. Sekarang, mari kita laksanakan pernikahan,” ucap Raja.

Siang itu juga, Raja dan Viola menggelar pernikahan di istana kerajaan. Viola resmi menjadi Ratu dan membawa ayahnya ke istana.

Peramal Istana

Tak lama setelah menikah, Ratu mengandung seorang anak. Lalu, tiba-tiba saja peramal istana memberikan kabar buruk kepada Raja. “Baginda Raja, maafkan hambamu ini, tapi hamba melihat akan ada musibah besar terjadi di negeri ini,” ucap peramal itu.

“Apa maksudmu?” tanya Raja bingung.

“Jika Ratu melahirkan, akan ada sesuatu sosok mengerikan yang mengambil bayi Ratu,” ucap peramal itu.

“Tampaknya, sosok mengerikan itu membuat perjanjian dengan Ratu,” imbuh sang peramal.

Mendengar perkataan peramal istana, Raja pun ketakutan. Ia lalu bertanya pada Ratu maksud dari perkataan sang peramal.

“Peramal bilang jika anak kita kelak lahir, akan ada monster yang mengambilnya. Ia juga mengatakan kalau kau membuat janji dengan monster itu. Apa maksudnya?” tanya Raja.

Seketika itu pula Ratu menangis tersedu-sedu. Ia lalu menceritakan kisahnya dan berusaha jujur pada Raja.

“Suamiku, Baginda Raja, aku hendak membuat pengakuan. Sebenarnya, selama ini aku tak benar-benar bisa mengubah jerami menjadi emas. Semua hanyalah tipuan dari ayahku saja,” jelasnya sambil menangis.

“Pada hari pertama aku dikurung, tentu saja aku menangis. Lalu, tiba-tiba muncul pria kecil yang menolongku. Ialah yang mengubah jerami menjadi emas. Jadi, selama ini yang mengubah jerami adalah pria itu. Sebagai imbalan, ia biasanya meminta barang berharga dariku. Namun, saat aku sudah tak punya apa-apa, ia mengatakan akan mengambil anakku saat menjadi Ratu,” imbuhnya.

Raja hanya bisa terdiam. “Maafkan aku Raja. Aku melakukan semua ini karena merasa takut dan terhimpit,” ucap Ratu.

Melihat Ratu menangis, Raja pun tak tega. Ia memaafkan istrinya yang sedang hamil tua itu. “Baiklah, kalau begitu, aku akan selalu melindungi anak kita agar tak monster itu ambil,” ucap Raja.

Pria Kecil Menagih Janji

Sembilan bulan kemudian, lahirlah anak laki-laki dari Ratu dan Raja. Mereka sangat berbahagia karena kedatangan buah hati.

Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Saat Ratu sedang sendirian di kamar, pria kecil itu datang untuk menagih janji.

“Hmm, anakmu sangat lucu. Cocok untuk kujadikan teman. Hahaha. Sekarang, tepatilah janjimu, berikan anak itu padaku,” jawab pria itu.

“Tolong jangan ambil anakku, Tuan. Kini, kau bisa minta apa pun dariku. Tapi tolong jangan ambil anakku. Aku sangat menyayanginya,” ucap Ratu.

“Janji adalah janji. Kau harus menepatinya, Ratu. Biarkan anakmu menjadi teman bagiku,” ucap pria itu.

Ratu terus memohon agar anaknya tak diambil. Ia rela melakukan apa pun demi menyelamatkan anaknya.

“Karena kau terus menangis, aku tak akan mengambil anakmu. Tapi ada syarat yang harus kau penuhi,” ucap pria kecil itu.

“Syara apakah itu? Apa pun akan aku lakukan asalkan kamu tak mengambil anakku,” ucap Ratu sambil menangis.

“Syaratnya mudah. Tolong sebutkan namaku. Aku memberimu waktu 3 hari untuk mengetahui namaku. Hahahaha,” ucap pria kecil itu sambil meninggalkan Ratu.

Mencari Tahu Nama Unik

Ratu lalu meminta seluruh pengawal untuk mencari tahu nama pria kecil itu. Para pengawal pun bertanya pada para warga.

Namun, tak ada satu pun warga yang mengetahui pria bertubuh kecil itu. Lalu, Ratu meminta seluruh pengawal menyebutkan nama-nama unik. Ia lalu memilih tiga nama yang menurutnya paling unik.

Keesokan harinya, pria itu datang menemui Ratu. “Jadi, siapakah namaku?” tanyanya sambil tertawa.

“Apakah namamu Caspar?” tanya Ratu.

“Bukan,” jawab pria itu.

“Emm, apakah Melchior?” tanyanya lagi.

“Masih belum tepat,” jawab pria itu tertawa.

“Namamu pasti Balthazar,” tebak Ratu.

“Hahahaha, salah semuanya. Cukup untuk hari ini. Besok aku akan datang lagi kemari,” ucap pria itu seraya pergi begitu saja.

Ratu merasa sangat bingung. Ia lalu meminta pengawal istana untuk menanyai nama-nama unik ke seluruh rakyat. Kemudian, Ratu memilih tiga nama terunik.

Hari Kedua

Hari kedua pun tiba. Pria kecil itu datang lagi menemui Ratu. “Jadi, sudahkah kamu tahu siapa namaku?” ucapnya.

“Aku rasa namamu adalah Shortribs,” ucapnya yakin.

“Hahaha, bukan!” jawabnya.

“Apakah namamu Sheepshanks?” tanya Ratu.

“Belum benar,” jawab pria itu sambil tertawa.

“Aku rasa namamu Laceleg! Iya, benar, pasti Laceleg,” tebak Ratu.

“Sayang sekali, itu bukanlah namaku. Besok adalah hari terakhirmu menebak namaku. Gunakan sebaik mungkin atau aku akan mengambil anakmu. Hahaha,” ucap pria itu.

Ratu semakin bingung. Ia menangis karena tak siap kehilangan anaknya. Di sisi lain, ia tak tahu harus mencari tahu siapa nama pria itu.

Di tengah keputusasaannya, datanglah salah satu pengawal istana membawa pencerahan. “Mohon maaf Ratu. Hamba sudah tidak ada ide lagi mengenai nama unik. Namun, setelah kemarin malam menemui para warga, hamba tanpa sengaja masuk ke dalam hutan,” ucap pengawal itu.

“Lalu, hamba melihat sebuah rumah mungil di dalam hutan itu. Di depan rumah itu, ada api ungun yang menyala. Lalu, saya melihat ada makhluk kecil melompat-lompat mengitari api itu. Ia pun bernyanyi-nyanyi; Hari ini aku berpesta. Besok aku gembira. Aku akan mendapatkan anak Sang Ratu. Ha! Senang rasanya tidak ada yang tahu bahwa Rumpelstiltskin adalah namaku,” jelas pengawal itu.

Tentu saja Ratu sangat bergemberia mendengar cerita dari pengawal itu. “Terima kasih karena kau telah membantuku,” ucap Ratu pada pengawal istana.

Hari Terakhir

Pada hari terakhir, tibalah pria kecil itu di istana. “Halo Ratu. Hari ini adalah hari terakhirmu menebak namaku. Aku akan memberimu tiga kali kesempatan untuk menebak. Jika gagal, tepatilah janjimu,” ucap pria itu.

Ratu tak langsung menjawa Rumpelstiltskin. Mulanya, ia berkata, “Aku rasa namamu adalah Conrad,” ucapnya.

“Salah! Itu bukan namaku,” ucap pria itu.

“Apakah namamu Harry?” tanya Ratu.

“Masih belum tepat,” ucap pria itu sambil tersenyum lebar. Ia bersiap-siap untuk mengambil anak Ratu,

“Atau mungkin, namamu adalah Rumpelstiltskin,” ucap Ratu.

“Pasti iblis yang telah menyebutkan namaku kepadamu!” teriak Rumpelstiltskin. Ia merasa sangat marah karena seseorang mengetahui namanya.

Dengan amarahnya, ia menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai sehingga tubuhnya masuk ke dalam tanah. Sejak saat itu, Ratu tak pernah lagi bertemu dengannya.

Pesan Moral

Nilai moral utamanya adalah jangan suka berbohong. Tidak perlu menarik perhatian orang lain dengan kebohongan. Jangan seperti si penggiling gandum yang kerap menebar kebohongan hingga membuat orang-orang kesal. Serta berilah pertolongan yang tulus dan jangan meminta imbalan. Membantulah karena kamu ingin melakukannya, bukan karena mengincar sesuatu dari yang kamu berikan pertolongan.