Kisah Tikus Yang Berperang Melawan Musang

Musang dan tikus dari dahulu tidak pernah akur dan selalu bermusuhan antara satu dengan yang lainnya. Di setiap peperangan, musang selalu menang dan tikus yang kalah dalam perang selalu menjadi mangsa musang. Karena putus asa, sang Tikus mengadakan pertemuan besar dan berdiskusi agar perang selanjutnya bisa dimenangkan mereka. Pada pertemuan tersebut, mereka mengambil kesimpulan bahwa pasukan tikus sering kalah karena mereka tidak mempunyai pemimpin pasukan. Maka dibentuk dan ditunjuklah sekumpulan jenderal dan pemimpin pasukan dari tikus-tikus yang kelihatan mampu memimpin pasukan.

Untuk membedakan pangkat dari komandan, jenderal dan tentara, pimpinan-pimpinan baru ini dengan bangganya mengikat kepalanya dengan lencana dan perhiasan-perhiasan dari bulu dan jerami. Setelah melakukan persiapan yang panjang dan berlatih dalam seni perang, pasukan tikus ini mengirimkan tantangan ke musang.

Dengan senang hati musang menerima tantangan karena mereka selalu siap untuk bertempur apabila mangsa mereka ada di depan mata. Mereka langsung menyerang pasukan tikus dalam jumlah yang besar. Dalam waktu sekejap, barisan tikus tercerai-berai dan mereka lari berhamburan menyelamatkan diri. Pasukan tikus dengan pangkat rendah, dengan mudah masuk bersembunyi ke dalam lubang tikus, tetapi pimpinan-pimpinan mereka sulit untuk masuk ke dalam lubang yang sempit karena perhiasan yang melekat di atas kepala mereka. Saat itulah ajal mereka berakhir dan menjadi mangsa oleh musang yang lapar.

Pesan Moral : Pangkat dan kebesaran, bukan berarti tidak memiliki kelemahan.