Kisah Tukang Sepatu dan Akuntan Keuangan

Dahulu kala, ada seorang tukang sepatu yang riang gembira dan senang menyanyi dari pagi sampai malam. Sungguh menyenangkan melihatnya bekerja, dan lebih menyenangkan lagi saat mendengarnya menyanyi. Sepertinya tukang sepatu ini adalah orang yang paling berbahagia di dunia.

Tukang sepatu yang periang ini memiliki tetangga yang mempunyai sifat yang berbalikan dengannya. Dia hampir tidak pernah menyanyi, bahkan tidak memiliki jam tidur yang cukup. Orang ini berprofesi sebagai seorang akuntan keuangan. Saat akuntan ini bekerja dan kurang tidur sepanjang malam, ia akan tertidur sampai kesiangan. Tukang sepatu yang sering bangun tepat waktu, akan membangunkannya dengan lagu yang menyenangkan. “Ha!” kata akuntan yang kaya raya ini, “Sayang sekali apabila kita memiliki harta tetapi tidak bisa membeli ‘tidur' di pasar seperti kita membeli makanan dan minuman!” Lalu muncullah suatu gagasan di kepalanya. Ia lalu mengundang tukang sepatu untuk datang ke rumahnya, dan ia pun menanyakan sesuatu pertanyaan.

“Coba katakan, tuan, berapakah penghasilanmu dalam satu tahun?”

“Dalam satu tahun, lebih banyak daripada yang saya tahu. Saya tidak pernah mencatatnya. Selama saya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, itu sudah cukup buat saya.” Jawab sang Tukang Sepatu sambil tertawa.

“Benarkah?” kata sang Akuntan. “Berapa banyak yang bisa kamu dapatkan dalam sehari?”

“Oh, kadang lebih, kadang kurang. Kadang ada hari-hari yang ramai dan kadang ada hari-hari yang sepi.”

Akuntan yang kaya ini pun tertawa, “Lihatlah ke sini, teman. Hari ini saya mengangkat tingkatanmu ke tingkat yang lebih tinggi! Di sini ada uang seratus pounds (mata uang Inggris). Jagalah baik-baik dan gunakanlah dengan hati-hati.”

Saat Tukang Sepatu memegang kantung uang yang berat tersebut di tangannya, ia pun membayangkan bahwa butuh seratus tahun untuk mendapatkan uang sebanyak itu.

Saat ia pulang ke rumahnya, ia mengubur dan menyembunyikan uang tersebut di ruang bawah tanahnya. Bisa dikatakan bahwa semenjak saat itu, ia juga menguburkan kegembiraannya karena ia tidak pernah lagi menyanyi. Semenjak ia menjadi kaya raya, nyanyiannya hilang, dan bukan saja nyanyiannya yang hilang, tetapi tidurnya pun menjadi berkurang. Ia pun sekarang menjadi cepat gelisah, curiga, dan sering terkejut. Setiap hari ia mengawasi ruang bawah tanahnya. Saat seekor kucing membuat keributan di malam hari, ia percaya bahwa kucing tersebut akan mencuri uangnya.

Akhirnya dalam keadaan hampir putus asa, sang Tukang Sepatu yang sekarang menjadi kusut, berlari ke rumah Akuntan sambil membawa kantong uang yang pernah di berikan kepadanya. “Oh, kembalikanlah kegembiraan dalam hidupku, laguku, tidurku, dan ambillah uangmu ini kembali.”

Pesan Moral : Harta tidak selamanya membawa kebahagiaan.