Uang Ajaib dalam Perapian (Dongeng Afghanistan)

Pada suatu hari di negeri Afganistan, zaman dahulu kala hiduplah satu keluarga petani yang kehidupannya sangat miskin, namun sang bapak petani ini selalu berdoa kepada Tuhan agar diberi rejeki banyak lewat perapian rumahnya.

Dalam doanya sang bapak tani selalu berkata, “Berilah aku uang perak yang banyak lewat perapian rumahku,” katanya.

Hampir setiap hari menjelang tidur istirahat malam, tidak pernah lupa dia selalu berdoa kepada Tuhan apa yang menjadi keinginannya dapat terwujub.

Itulah doa yang selalu dipanjatnya tidak pernah bosan-bosannya dalam renungan malamnya harapan untuk keluar kemiskinan yang selama ini selalu bersertanya.

Berat rasanya hidup sebagai petani miskin yang serba kekurangan dalam kehidupan sehari-hari yang hanya mengandalkan sepetak ladang tidak seperti para tetangganya yang mempunyai ladang berpetak-petak.

Pagi-pagi sekali sang bapak petani telah berada di ladang, dia sengaja datang lebih awal dari biasanya karena akan mencangkul tanah ladang sebelum terik matahari siang membakar tubuhnya.

Namun betapa terkejutnya ketika tumbuhan berduri disampingnya telah merobekkan celana pendeknya yang biasa dia pakai untuk bekerja, “aduh!!” serunya.

Khawatir tumbuhan tersebut melukai orang lain yang berjalan di ladangnya, dia pun lalu mencabut tumbuhan tersebut dan lalu membuangnya dipinggiran pagar ladangnya, “biar nanti dapat aku bakar sekalian rumput-rumput kering yang lainnya,” gumannya.

Namun dibawah bekas tadi tumbuhan berduri yang dia cabut, terlihat cahaya yang berkilau seperti koin-koin perak yang berserakan tertimpa sinar matahari menimbulkan bias kilauan.

Sang bapak tani pun lalu menggali lagi lebih dalam lagi dan mengumpulkan koin-koin uang perak yang berserakan, ternyata setelah itu dia mendapatkan sebuah kendi yang cukup besar.

Mungkin kendi inilah wadah uang koin tersebut yang tadi tumpah ketika pohon durinya dicabut sehingga koin-koin uang perak tersebut tumpah-ruah berserakan keluar dari wadahnya.

Senyum tersungging dari bibirnya dia merasa sangat bahagia dengan penemuan tersebut, namun senyum bahagia yang terukir dari bibirnya hanya sebentar saja, lalu dia pun mengumpulkan dan merapihkan kembali koin-koin uang perak tersebut lalu memasukkan kedalam kendi tempat wadahnya semula.

“Sayang uang perak yang begini banyak ini bukan milikku, sebab aku tidak pernah meminta dan memohon uang perak yang terdapat di ladangku, dalam doaku setiap malam kepada Tuhan,” katanya sangat jujur sekali.

Sang bapak petani beranggapan uang perak tersebut bukan rejekinya karena setiap dia berdoa dia selalu meminta uang perak lewat perapian yang terdapat rumahnya.

Untuk itu dia tidak mau mengambil uang perak tersebut walaupun hanya satu koin saja, sebab menurut pemikirannya semua yang bukan haknya berarti bukan miliknya juga, walaupun boleh menemukan di ladangnya sendiri.

Betapa polos dan lugunya sifat yang dimiliki sang bapak petani jujur tersebut, dia selalu bertindak baik dalam kehidupan sehari-harinya walaupun kehidupannya penuh dengan derita dan kemiskinan.

Sikap yang dimilikinya begitu terpuji dengan segala kejujuran dan kepolosannya dia bukannya tidak membutuhkan uang perak tersebut yang begitu banyak untuk membantu kehidupannya.

Namun dalam prinsip hidupnya, “kalau memang uang perak ini adalah rejekiku yang diberikan Tuhan untukku, dia tidak akan lari kemana pun!!” seru dalam hati sang bapak petani.

Sang bapak petani itu pun lalu menggali tanah bekas galian tadi lalu menaruh kembali kendi tersebut ditempat pertama ditemukannya tadi.

Lalu dia pun kembali pulang kerumahnya karena hari sudah menjelang sore saatnya untuk istirahat makan, sesampainya dirumah dia lalu bercerita kepada sang istrinya.

Tentu saja sang istrinya memarahi suaminya yang bertindak bodoh seperti itu, menurut pemikirannya , “rejeki sudah didepan mata mengapa engkau tidak membawanya pulang?” kata sang istri mengerutu.

Lalu sang istri tersebut pergi menghampiri rumah tetangganya dan kemudian bercerita mengenai kejadian yang dialami suami kepada sang tetangga.

“Baiklah aku akan mengambilkan kendi yang berisi uang perak tersebut di ladangmu namun dengan syarat uang perak tersebut nantinya kita bagi dua,” kata sang tetangganya menawarkan jasa.

Tentu hati sang tetangga menjadi senang hatinya setelah sang istri bapak petani setuju dengan usul yang diberikannya.

Dengan langkah yang mantap sekali dia pun lalu pergi menuju ladang sang bapak tani untuk mengambil kendi berisi uang perak.

Setelah sampai di ladang bapak tani dia pun lalu mencari bekas galian cangkulan yang tadi pagi dikerjakan bapak petani, tidak memakan waktu lama dari bekas galian tersebut sebuah kendi yang cukup besar dia temukan dengan hati

penasaran dia pun lalu membuka tutupnya untuk melihat isinya, “Hah!!” dia pun hampir saja melempar kendi tersebut dari tangannya.

Ternyata isi kendi tersebut adalah seekor ular berbisa yang bisa mematikan bila dia dipatuknya, “Kurang ajar dia telah menipuku dan ingin mencelakaiku,” katanya mendumel sekali hatinya.

“Akan aku balas apa yang telah engkau lakukan padaku,” katanya dalam hati lalu kendi yang berisi ular tersebut dibawanya pulang dan ketika malam hari tiba, kendi tersebut dimasukkan kedalam lubang cerobong asap rumah sang bapak petani.

Besok pagi-pagi sekali kebiasaan sang bapak petani kalau bangun dari tidurnya kaget sekali mendapati kendi yang berisi uang perak yang dia pendam di ladang telah ada tergelatak dalam lubang perapian rumahnya.

Lalu dia pun membuka isinya memastikan kendi tersebut masih berisi uang atau sudah kosong ternyata benar saja uang perak yang bagitu banyak masih terdapat dalam kendi.

Dia pun lalu memanggil sang istrinya yang masih tertidur pulas kemudian berkata, “setiap rejeki yang datang dari Tuhan untuk hambanya tidak akan salah sasaran, pergunakan dan simpanlah uang ini untuk keperluan keluarga serta menolong oarang yang membutuhkan pertolongan kita,” katanya kepada istrinya.

Sang istri bapak petani sangat senang dan berjanji akan mengunakan uang tersebut dengan bijaksana serta uang sebanyak tersebut akan dipergunakan juga untuk menolong tetangganya yang kesusahan.

Pasrah serta berusaha keras dan jangan lupa berdoa kapada Tuhan, suatu saat hasil baik akan terwujud dikabulkan Tuhan, jangan sakali-kali mengambil barang yang bukan hak milikmu.